
Dulu saya pernah bercita-cita ngasal bahwa saya ingin berkuliah di Oxford atau Harvard. Waktu itu masih kelas 2 SMA, bicaranya udah ngelantur ketinggian, tapi namanya juga anak muda, segalanya terlihat enteng-enteng saja kala itu.
Cita-cita itu lalu tenggelam, saya hanyut oleh realita. Kesibukan demi kesibukan antara kuliah, usaha buku tahunan dan mengelola percetakan mengkonsumsi saya. Kuliah yang akhirnya mengalah, saya tak lagi bisa fokus, menjalani kuliah hanya demi agar cepat-cepat lulus, meskipun hasil akhirnya tidak buruk-buruk amat, dapat IPK 3.24 dalam waktu 4.5 tahun. Untuk ukuran anak teknik, 4.5 tahun itu tergolong cepat loh, hehehe.
Selepas kuliah, saya pindah ke Australia, untuk mencari pengalaman hidup yang baru. Lalu setelah hampir setahun, saya lalu ditempatkan Semesta di Papua Barat untuk menjadi pengajar SD di sebuah pulau kecil yang indah. Sembari menjalankan amanah, saya kembali mengingat mimpi-mimpi lama saya. Dulu, saya pernah berkata saya ingin merasakan hidup dan tinggal lama di negara orang, bukan dalam rangka traveling seperti yang biasa saya lakukan, tapi betul-betul menjadi bagian dari masyarakatnya. Tuhan, seperti biasa, Maha Mendengar. Dikirimnya saya ke Australia lewat Working and Holiday Visa. Saya bekerja, jalan-jalan dan membaur dengan masyarakat Perth dan Darwin. Saya menjadi masyarakat Perth dan Darwin. Saya ikut pemilu, ikut kegiatan KJRI dan punya teman-teman baru dari berbagai kebangsaan.
Saya lupa menambahkan bahwa sebenarnya saya ingin merasakan tinggal di negara 4 musim, saya ingin merasakan menjadi pelajar di negara tersebut. Harusnya permintaan saya lebih detail kala itu. Karena merasa belum puas, saya meminta lagi. Kali ini lebih detail. Saya ingin menjadi pelajar, mengambil program magister di luar negeri, negara yang terdiri dari 4 musim, dan saya mau mengambil jurusan yang memang sesuai dengan bidang saya.
Di sela-sela waktu, ketika akhir minggu atau ketika ada kesempatan ke kota, di mana sinyal cukup mumpuni untuk ber-internet ria, saya mencoba mencari informasi beasiswa. Di kampung tempat saya tugas pun sinyal sudah ada, bahkan bisa untuk whatsapp/line/browsing hanya saja mesti sabar dan naik ke puncak. Untungnya rumah saya berada di atas, jadi cukup strategis.
Beasiswa pertama yang saya daftari adalah Chinese Government Scholarship. Sebenarnya sebelum ke Papua Barat, saya sudah pernah mendaftar beasiswa ini dan pihak kampusnya sudah menyetujui, namun pada akhirnya saya memilih untuk berinvestasi dan belajar dahulu lewat Indonesia Mengajar. Kali kedua ini saya memilih kampus yang lebih baik, Tianjin University of Finance and Economic, mengambil jurusan S2 International Trading. Sembari menyelesaikan aplikasi ini, saya dapat info kalau ada beasiswa Chevening yang buka. Jujur saja, saya sangat buta soal beasiswa-beasiswa di negara-negara Eropa / Amerika. Selain karena saya merasa bahasa Inggris saya masih sangat jelek (yang Chinese Scholarship berbahasa pengantar mandarin dan dibiayai matrikulasi bahasa mandiri selama 1 tahun di kampus tujuan) dan saya tidak cukup percaya diri untuk bersaing dengan aplikan yang lain.
Tapi, bukankah setiap mimpi punya hak yang sama untuk diperjuangkan?
Saya mulai mencari info tentang Chevening, mulai dari apa saja berkas yang dibutuhkan, kapan tenggat waktunya, dll. Dengan bantuan sahabat-sahabat saya, saya pun berhasil memenuhi persyaratan untuk mendaftar dan mengirimkan berkas secara daring. Beuh, kalau mengingat lagi kisah-kisah sebelum aplikasi saya kirim, ingin tertawa sendiri rasanya. Mulai dari meminta teman yang di Jakarta untuk mengecek penulisan esai dan pengisian data-data yang berkali-kali direvisi jarak jauh, itupun hanya bisa dicek kalau saya ke kota, meminta sahabat di Makassar membantu mengurus surat-surat, termasuk surat rekomendasi dan terjemahan dokumen-dokumen, hingga meminta kawan di Australia untuk masuk ke akun pendaftaran saya dan mengirimkan aplikasinya sebab jaringan internet saya kala itu tidak cukup baik. Meski sempat gagal beberapa kali, alhamdulillah berhasil tersubmit beberapa jam sebelum deadline. Fiuuh…
Meski banyak malam yang saya lewati setelahnya dengan tidak tenang, menanti info, khawatir berlebihan ( lengkapnya di sini ). Tapi, Tuhan dan Semesta memang baik, tak ada perjuangan yang tak diapresiasiNya. Saya dinyatakan lulus ke tahapan wawancara. Jujur saja, saya sempat pesimis tidak lulus berkas, sebab beberapa minggu sebelum menerima info dari Chevening, saya mendapatkan surel dari CCIP Aminef, sebuah program short-course yang saya juga daftari kala itu. Program 1 tahun untuk belajar tentang bisnis di Amerika. Pikir saya kala itu, program kursus 1 tahun saja saya tidak lulus, apalagi yang untuk S2. Ah, sudahlah. Tapi, Tuhan ternyata menyiapkan sesuatu yang lebih baik. Saya pun izin cuti dan melanjutkan perjuangan ke tahapan wawancara. ( Selengkapnya bisa dibaca di sini )
Setelah itu, perjalan seakan semakin dimudahkan. Mulai dari mendaftar di kampus-kampus tujuan di UK, nilai IELTS yang cukup padahal baru kali pertama tes dan tak punya pengalaman dan tak sempat belajar sama sekali, hingga LoA dari tiga kampus yang akhirnya datang. ( lebih lengkap di sini ).
Tapi, jujur saja, UK, tepatnya Inggris, bukanlah pilihan pertama saya untuk berkuliah. Lebih tepatnya lagi, saya awalnya tak tahu mau kuliah di mana. Yang saya tahu hanyalah SAYA MAU dan SAYA HARUS kuliah S2 di LUAR NEGERI. Bayangan saya kala itu hanya China. Di China ada matrikulasi bahasa, pemberi beasiswanya cukup royal, dan saya bahkan bisa mulai belajar eskpor-impor barang dari China. Lalu, saya “iseng” mencoba Chevening. Ketika mendaftar saya bahkan tidak punya gambaran mau kuliah di kampus mana atau bahkan jurusan apa. JUJUR. Kampus yang saya tahu di Inggris hanya Oxford dan Cambridge. Bahkan, dalam memilih 3 kampus yang saya cantumkan di aplikasi Chevening, semua berdasarkan saran sahabat saya yang pernah mengambil S2 di sana. Untuk jurusan sendiri, baru saya putuskan ketika sudah mendekati deadline. Saya bahkan baru tahu ada program magister kewirausahaan. Saya pun memilih itu dengan pertimbangan sudah sejak dulu saya suka beriwirausaha. Memilih kampusnya? Saya hanya mencari kampus mana saja di UK yang memiliki jurusan ini, lalu saya lempar daftarnya ke sahabat saya, Mimi, dan dialah yang membantu menyortir. Saya tak lagi melakukan riset lebih jauh apakah kampusnya bagus atau bahkan letak kampusnya pun saya tak tahu. Meski awalnya saya memulai Chevening dengan alasan “tes-tes berhadiah”, tapi saya bisa bilang saya melakukannya cukup serius. Mulai dari investasi cuti, berangkat dari Papua Barat ke Jakarta yang tiketnya lebih mahal dari tiket saya ketika Eurotrip KL-Paris return, lalu tes IELTS, dan pengurusan serta pengiriman dokumen-dokumen. Saya tidak pernah main-main dalam hal mewujudkan mimpi. Tuhan dan Semesta pun tahu itu.

Hari kedua di bulan Juni menjadi saksinya. Sebuah surel masuk, sebuah surat elektronik yang bisa jadi pintu untuk mimpi-mimpi yang pernah terucap.
Perjuangan saya masih belum berakhir, bahkan mungkin baru akan dimulai. Banyak hal yang masih bisa terjadi. Bahkan, beberapa hari setelah mendapatkan surel dari Chevening tersebut, saya pun mendapatkan kabar bahwa beasiswa China saya granted.

Lalu masih ada 3 beasiswa lain yang saya masih tunggu kabarnya, infonya awal Juni sudah akan dikabarkan. Mari berdoa saja dan meminta diberi yang terbaik, sebab Dia sudah pasti Maha Tahu atas segala hal, termasuk yang baik dan tidak untuk saya.
Untuk kalian yang mau mendaftar beasiswa Chevening ini, mulai siapkan segala halnya dari sekarang, sebab bulan Agustus akan dibuka lagi pendaftarannya. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan, selama saya bisa inshaaAllah akan saya bantu 😉
Salam,
Selamat ya! Akan banyak pengalaman menarik menanti di sini. Selamat belajar dan bersenang-senang. Salam dari Leeds!
hi, kak ratna, kamu skrg di leeds? chevening scholars juga kah?
Hallo Kak Tiwi,
Makasih banget buat info-info beasiswanya. It’s really helpful! Btw kak, mau nanya untuk recommendation letter daftar kampus ama beasiswanya itu kakak yang buat trus dosen tanda tangan atau bener-bener dibuat sama dosennya kak? Soalnya, kan mereka orang sibuk ya kaak hehe, mostly mereka minta kita yang buat nanti mereka tanda tangan. Nah, tapi pas aku mau nulis buat diri sendiri agak bingung soalnya takut kepedean gitu haha. Kalau kakak nulis sendiri recommendation letternya, ada engga ya tips-tips nulis recommendation letter gitu. makasih kak Tiwi
Hi, Anindya
Aku nulis sendiri dan dicek ama dosennya baru mereka tanda tangan.
Nanti aku coba buat artikelnya ya gimana menulis surat rekomendasi 😀
goodluck
Luar biasa ka Tiwi. Saya termasuk yg ngikutin ceritanya ka tiwi dari jaman twitter pas masih kuliah dengan trip tripnya, lanjut WHV dan Indonesia Mengajar. Dan sekarang lihat di dashboard ada kabar ka Tiwi dapat Chevening. Super salut 🙂 Apalagi langsung berbagi disini ditengah kesibukan kakak
Kebetulan kayanya cerita saya ada miripnya dg kakak, buta banget soal beasiswa tapi jauh di dalam hati ada mimpi buat menetap di negara 4 musim. Iseng ngejarkom beasiswa ke teman yg scholarship hunter eh malah diajak ikutan daftar, kebetulan apply Chinese Government Scholarship jalur embassy sudah lolos rekomendasi embassy dan masih deg-degan nunggu email penerimaan. Semoga bisa kaya ka tiwi juga 🙂
waah… daftar CGS juga… smoga lulus yaaak… jadi aku kalau ke China ada tempat nebeng lagi, hehehhe, kamu ambil di mana?
[…] Scholarship Hunting : Chevening – Behind The Story […]
Cerita pengalamannya menarik. Salut untuk perjuangannya.. Bolehkah sy minta alamat emailnya, atau contact person yg bs sy hubungi (bbm atau whatsapp atau fb atau twitternya). Sy ingin ikut beasiswa chevening, tp ada beberapa hal yg msh sy bingung, mohon bimbingan infonya. 🙂
boleh ke pratiwihamdhana@gmail.com 😀
“Saya lupa menambahkan bahwa sebenarnya saya ingin merasakan tinggal di negara 4 musim”
Lah Australia kan juga 4 musim mbak gmn dah
Tapi sy tinggal di bagian Australia yang pergantian musimnya mirip-mirip ama Indonesia lol
terimaksih info tentang : Scholarship Hunting : Chevening – Behind The Story sangat bermanfaat.
semoga website ini terus menyajikan info, berita, dan artikel yang menarik dan bermanfaat.
Siang kak…bgmna kbr beasiswanya?..sdh lulus? Sy jg rencananya mau ikut mendaftar utk tahun berikut..krna masa kerja sy blm smpe 2 thun. Sy hanya ingin tanya soal persiapan dokumen yg kakak uraikan diatas…soal ijazah apakah hrs ijazah dlm bhs inggris?
Hi, ijazah dan dokumen lain jika tidak dalam bahasa Inggris harus ditranslate ke bahasa Inggris dulu ya 🙂
Hai mbaaa,
Seru dan seneng bgt baca blognya,karena kebetulan saya lagi nyobain daftar chevening tapi ga pernah nemu blog yg bahasnya selengkap ini
Boleh bagi contactnya kah mba?line wa email atau apapun hehehe kalo mba ga keberatan direpotkan dengan pertanyaan”ku seputar chevening
Thankyou and goodluck for your study ya mba
Hi Camilla,
Makasih ya udah mampir 🙂
Goodluck buat aplikasi Cheveningnya, kamu bisa baca-baca postingan saya yang lain tentang Chevening, di sana ada link untuk akses dokumen-dokumen yang saya pakai dulunya juga ada email atau wa/line saya, kok 🙂
Goodluck
Hi Mba,
Salam kenal ya, salut sama perjuangannya. Jadi semangat mau apply juga.
Tapi masih bingung kalau yang Chevening tuh harus diterima sama Univ yang kita tuju dulu baru bisa apply ya ? atau bisa juga apply dulu yang penting dah milih ?
Sorry ya mba , belum pernah ikutan beasiswa luar negeri sih.
Regards,
Danny
Hi, Danni
Tidak harus diterima dulu kok.
Aku juga daftar Chevening tanpa IELTS dan LoA Universitas awalnya, soalnya bisa menyusul nantinya.
InshaaAllah bisa, goodluck ya
Halo, salam kenal, saya Khrisna. Selamat dulu buat Mbak yang berhasil dapat beasiswa Chevening. Saya ingin daftar tapi masih ngumpulin pengalaman kerja nih. Mbak mau tanya tentang pilihan universitas, apakah boleh univ. apa aja di UK atau harus yang Chevening partner? Saya ada minat di Manchester tapi sepertinya itu bukan Chevening partner ya? Thank you in advance!
Semua universitas di UK termasuk Manchester boleh dipilih kok. Goodluck ya
Hi salam kenal,
saya arif. saya mau menanyakan kalau chevening kan mengcover biaya 18.000 ponds saja ya, kalau kampus yang saya minati course fee nya 20.000 apakah sisa 2000 nya kita tanggung sendiri apa bisa di cover oleh chevening? thanks.
Hi,
biaya 18.000 hanya dicap untuk jurusan MBA, selebihnya tak ada batasan. Saya sendiri biaya sekolanya 23.000 dan tidak menanggung sesenpun dari pihak saya pribadi
Good Luck
Hi Tiwi,
Congrats ya untuk scholarship nya! Saya sangat tertarik mendapatkan beasiswa ke UK khususnya London. Sy liat Tiwi juga daftar LPDP. Nah apa yg membuat Tiwi memilih Chevening dibanding LPDP? apa krn Chevening lebih mudah lolos (prosedur nya) dibanding LPDP? Thank you.
Halo Ann,
kata siapa Chevening lebih mudah? hehehe, justru chance Chevening lebih kecil karena hanya dipilih 50an orang saja per tahunnya. Tapi, setiap beasiswa punya tantangannya masing-masing. Saya punya alasan tersendiri memilih Chevening
Good luck ya
assalamualaikum mbak.
untuk submit berkas selain LOA dan IELTS nya kapan ?
apa bersamaan pada saat isi form awal ?
thanks
Hi Dian,
Kalau dulu saya LoA dan IELTS nyusul kok
good luck ya
Assalamualaikum kak…salam kenal….kebetulan banget nemu ni blog, saya mau nanya2 ya kak…lagi pusing ni kak semaleman belum tidur,karena ngubek2 universitas yg sudah saya daftar di beasiswa chevening…kak saya mau nanya beberapa hal nih,mungkin sebelumnya sudah ada yang nanya,tapi saya masih kurang faham…boleh ya…
1. saat mau daftar ke universitas yang kita tuju itu kan ada pasport?berarti secara tidak langsung kita harus ngurus pasport dulu ya kak?saya belum punya soalnya…
2.di aplikasi chevening itu kan ada kata – kata universitas yang kita daftar harus menerima kita tanpa syarat,itu maksudnya apa ya kak?saya pilihannya masih memilih karena memang belum belum bisa aply ke universitas yang saya pilih
3.apakah harus punya artikel yang pernah dipublikasikan?
itu dulu kak terima kasih banyak atas bantuannya….saya doakan nanti sukses kuliyahnya amin…..
halo Nanik,
semoga saya belum telat ya jawabnya
1. Saran saya jangan tunggu lulus untuk bikin paspor, bikin dari sekarang saja hitung-hitung afirmasi positif
2. Maksudnya kamu sudah punya LoA Unconditional (bisa digoogle bedanya dengan LoA Conditional)
3. Saya tidak punya kok, ga harus tapi kalau punya lebih baik lagi
Goodluck
Assalamualaikum kak….tolong dijawab dong,aplikasi saya kan sudah terkirim,lalu setelah itu ada aplikasi ke dua untuk melengkapi seperti dokumen ijazah,saat saya mau kirim kok aplikasinya sudah gak bisa dibukak y???apakah masih bisa disusulkan kak?
Hai Nanik,
maaf ya saya baru buka blog lagi, semoga berjalan lancar proses aplikasinya kemarin
Hi Tiwi,
Dari persyaratan beasiswa chevening yang saya baca, yang belum saya pahami sepenuhnya adalah pengalaman kerja selama 2 tahun. Minta tolongka’ penjelasan lebih lanjut, pengalamanta’ bagaimana? Tabeq.. Terimakasih.
Hi,
Mungkin bisa baca dokumen yang saya apply
http://pratiwihamdhana.com/2016/07/08/scholarship-hunting-q-a-university-how-to-apply-and-get-loa/
semoga bisa jadi referensi
Good luck
Ngeliat jejak-jejak perjuangan Kk Tiwi di dinding hijau saya jadi sedih pengen nangis 🙁
Salut buat Kk Tiwi dengan perjuangannya, mohon doa’nya semoga saya bisa berjuang sekeras itu dan bahkan lebih In Shaa Allah. Love from here.
Hi Vathyah,
Terima kasih banyak dukungannya
kamu juga semangat ya 😀 inshaa Allah apapun mimpimu bisa diwujudkan, amin
Assalam Alaikum Mbak Tiwi,
saya S1 teknik industri, saya minat S2 MBA atau Entrepreneurship kira2 universitas mana yang cocok nya, sya bisa dapat LOA nya bgmn? btw, Mbak Tiwi S2 nya di Univ mana dan jurusan apa? thx
Hi,
untuk itu kamu yang mesti cari tahu sendiri ya, bisa baca-baca postingan saya atau cari di Google. Calon anak MBA harus tinggi inisiatifnya.
Saya di Warwick ambil Innovation and Entrepreneurship.
Good luck!
kak Tiwi.. keren banget.. kak boleh nanya.. apa kunci bisa diterima beasiswa chevening kak??
Makasih, kuncinya banyak berusaha dan berdoa, hehehe
Hi! I’M IMPRESSED!!! with your daily schedule photos there, and congrats to you! Btw, can I reach you through email, pls? Thx before 🙂